Ada beberapa opsi yang aku, Mas Baktiar, Mas Kadek dan Mas Didimoezh bahas untuk hunting hari minggu. Diataranya ke Riung, ke Mauponggo dan ke Nangaroro. Pilihan akhirnya jatuh ke Nangaroro. Pertimbangannya di sana ada pantai batu putih. Tempat yang sama sekali belum pernah kami abadikan. Tentu lebih seru dan menantang.
Dengan menggunakan mobil pinjaman, kami berempat meluncur ke Nangararoro. Berhenti sebentar di daerah Aegela. Mengabadikan turunya hujan di kejauhan yang tergambar dengan jelas dan indah. 4 orang generasi penerus Nagekeo yang baru pulang gereja sore menghampiri kami. Meminta kami untuk memberikan mereka tumpangan ke kampung mereka yang jaraknya kira-kira 1km dari tempat kami memotret hujan. Kebetulan searah, okelah. Mereka kemudian turun di kampung mereka sambil tidak lupa mengucapkan terima kasih. Anak-anak yang baik.
Perjalanan berlanjut. Sampai di Nangaroro, kami memutuskan untuk parkir kendaraan dekat bibir pantai. Di sebuah sekolah dasar yang di bangun dekat dengan bibir pantai. Trekking di mulai. Charles, teman kami dari Nangaroro, ikut bergabung. Kami pun menelusiru pantai batu putih yang berada tepat di depan sekolah dasar tersebut.
Pantai yang indah. Sayang agak kotor. Seharusnya bisa di rawat dengan baik. Karena bisa juga menjadi potensi pariwisata yang unik. Unik, mengingat batu-batu putih tersebut munculnya baru dua tahun terakhir ini. Sebelumnya pantai ini adalah pantai berpasir. Warna putih memantulkan cahaya dengan sempurna. Kalau bersih, tentu lebih indah. Batu-batu putih tersebut hanya ada di sekitar pantai ini. Trekking di atas batu cukup menguras tenaga. Plus harus konsentrasi biar tidak terjatuh. Maklum batunya besar-besar dan cukup bulat bentuknya. Mudah tergelincir kalau kurang hati-hati. Kami trekking dan nongkrong di pantai ini sampai agak malam. Ingin mengabadikan petir yang silih berganti di kejauhan. Aku yang kurang beruntung. Petirnya keburu kabur hahahaha...
Penduduk Nangaroro mengenal pantai ini dengan nama Pantai PIPITOLO. Tempat yang menurut mereka cukup angker juga. Tentu dari cerita-cerita yang beredar berdasarkan kejadian atau fenomena ‘seram’ di sekitar pantai tersebut. Kami berprinsip, niat kami baik. Sudah permisi. Amanlah tentunya. Lancar jaya hehehehe... setan tidak mungkin mengganggu setan hahahahaha.... *lirik mas Baktiar*
Entah sampai kapan batu-batu putih itu akan menghiasi pantai ini. Yang pasti kami beruntung bisa mengabadikannya dari berbagai sudut. Saking semangat mengabadikan pantai ini, tangan mas Kadek cidera kecil, tergores pecahan botol yang ikutan nagkring di atas batu karang besar yang di jadikan tempat untuk memotret. Perawat Puskesmas Nangaroro, yang manis tentunya, merawat tangan mas Kadek dengan cukup baik. Aman.
Pantai batu putih, selalu di hati...
------>Nangaroro, 4 Desember 2011
keren all tingkatkan ...
BalasHapusLuar biasa....,
BalasHapusNagekeo punya potensi alam yang sangat baik....,