BERKARYA DALAM JIWA
JURNALIS MUDA
Tanggal merah pada
pertengahan bulan November lalu menjadi awal perkenalan saya dengan
sejumlah calon “ Young Journalist ” di Kabupaten Nagekeo. Sekitar
20 anak dari penjuru desa di Nagekeo diundang oleh Plan Internasional
untuk dididik menjadi jurnalis muda. Pesertanya terdiri dari siswa –
siswi SMP- SMA dan beberapa wakil dari Forum Anak Nagekeo (FAN ).
Selama tiga hari, (15-17 November 2012) bertempat di hotel Sinar
Kasih, mereka diberi pelatihan menulis berita dan foto jurnalis.
Setidaknya, ketika yang lain asyk dengan aktifitas bermain mengisi
liburan, jiwa-jiwa jurnalis muda ini memilih serius dengan
pulpen,kertas dan kamera. Bagi saya, ini merupakan sebuah kesempatan
berbagi pengalaman kepada sahabat-sahabat muda yang dibentuk oleh
Plan Indonesia menjadi kader jurnalis muda.
“ Seperti
orang belajar naik sepeda, menulis dan memotret memang harus terus
menerus dilatih agar semakin tajam insting penulis untuk menjadikan
sesuatu itu berita”, ungkap Yahya Ado, Program Unit Manajer Plan Indonesia Unit Nagekeo. Menurut Yahya, pelatihan yang dimotori Plan
ini bertujuan untuk meningkatkan bakat dan keterampilan siswa-siswi
dalam hal menulis berita dan fotografi, sehingga nantinya peserta
dapat menghasilkan tulisan dan foto yang dikirim ke media internal
Plan.
Hari pertama pertemuan,
para peserta dibekali sejumlah teori-teori dasar menulis berita dari
Kak Diana,wartawan Harian Umum Pos Kupang dan Kak Wim Derosary,
wartawan Harian Umum Flores Pos.
Seluruh peserta dibimbing bagaimana
melakukan peliputan, teknik wawancara dan menulis berita, baik
straight news maupun features. Selain itu, diperkenalkan juga
sejumlah alternativ media yang bisa digunakan untuk mengirimkan
tulisan.
Sesi terakhir dari
pertemuan pertama adalah tugas saya membagi pengetahuan dasar seputar
fotografi. Berhubung kamera digital pocket yang disiapkan hanya empat
buah, kami sepakat membentuk empat kelompok, sehingga masing-masing
lima anak kebagian satu kamera. Keterbatasan kamera ternyata tidak
menyurutkan semangat para jurnalis muda ini. Terbukti, sebagian
peserta lain mengeluarkan senjatanya berupa ponsel kamera. Pelajaran
pertama adalah mengenal fungsi-fungsi dari modus kamera. Mulai dari
fungsi mode sport,macro,portrait,landscape dan nightshoot. Sejumlah
pertanyaan mulai bermunculan perihal apa itu shuterspeed,aperture dan
ISO. Agar foto memiliki korelasi dengan tulisan, peserta dibimbing
mengenal jenis-jenis foto jurnalis, mulai dari foto hard news, foto
feature,foto portrait dan foto esai. Diskusi semakin serius ketika
peserta mulai diajak belajar memotret dan mengenal komposisi sehingga
foto memiliki nilai berita. Disini strategi 5W
(what,when,where,who,why) diperkenalkan. Pertanyaan “Why should I
care? dilontarkan sekedar mengajak peserta lebih jauh menjiwai dan
memiliki empati, nurani dan etika.
Hari pertama ternyata
memiliki kesan tersendiri bagi peserta. Leni Igo, salah satu peserta
dari SMA Baleriwu mengaku banyak manfaat setelah mengenal beberapa
modus kamera. “ Selama ini saya asal jepret saja, setelah tahu
fungsi mode macro saya ingin belajar motret bunga”, ungkap Leni.
Bahkan, peserta yang memiliki cita-cita menjadi seorang jurnalis ini,
mulai berani dengan mode macro mengabadikan lalat yang hinggap di
ikan ketika meliput berita mengenai kebersihan lingkungan pasar kota
Mbay.
Memasuki hari kedua,para
peserta mulai diberikan waktu untuk hunting. Kebanyakan peserta
memilih spot dikawasan pasar. Thema yang diangkatpun bervariasi, ada
yang memilih profil pedagang sayur, kebersihan lingkungan sampai
profil masing-masing orang tua. Perjuangan orang muda ini patut
disalut, walaupun tugas ini adalah pengalaman pertama, mereka berani
percaya diri melakukan wawancara dan memotret dikeramaian. Bahkan,
Deni, peserta dari desa Munde sempat dicurigai sebagai anggota geng.
Tak mau ambil resiko, peserta yang paling mungil inipun mengambil
langkah seribu.
” Saya sedang wawancara ibu penjual sayur, tiba-tiba
ibu itu bisik-bisik dengan penjual lain,mereka bilang saya anggota
geng,saya langsung lari”, cerita Deni.
Sabtu, ( 17/11/2012)
adalah hari terakhir pelatihan. Tulisan dan foto-foto para peserta
dikumpulkan. Adapun inisiatif dari Plan untuk melakukan seleksi dan
memilih berita dan foto terbaik dari masing-masing peserta. Setelah
berdiskusi bersama ka Diana dan sejumlah personil Plan akhirnya kami
sepakat memilih tiga orang jurnalis muda sebagai peserta terbaik.
Masing- masing adalah Stanislaus Rasa
( SMK Aesesa Selatan ), Nafsiah
(MAN Marapokot ) dan Leni Igo ( SMA Baleriwu). Disini penilaian lebih
disasarankan pada korelasi antara berita dan foto. Selain itu juga,
komposisi dan nilai berita foto menjadi penilaian khusus.
Selamat dan
sukses buat Jurnalis Muda Nagekeo. Ayo,pantang mundur untuk meraih
mimpi !!!