Rabu, 28 November 2012

Cerita dibalik pelatihan Jurnalis Muda Nagekeo


BERKARYA DALAM JIWA JURNALIS MUDA

Tanggal merah pada pertengahan bulan November lalu menjadi awal perkenalan saya dengan sejumlah calon “ Young Journalist ” di Kabupaten Nagekeo. Sekitar 20 anak dari penjuru desa di Nagekeo diundang oleh Plan Internasional untuk dididik menjadi jurnalis muda. Pesertanya terdiri dari siswa – siswi SMP- SMA dan beberapa wakil dari Forum Anak Nagekeo (FAN ). Selama tiga hari, (15-17 November 2012) bertempat di hotel Sinar Kasih, mereka diberi pelatihan menulis berita dan foto jurnalis. Setidaknya, ketika yang lain asyk dengan aktifitas bermain mengisi liburan, jiwa-jiwa jurnalis muda ini memilih serius dengan pulpen,kertas dan kamera. Bagi saya, ini merupakan sebuah kesempatan berbagi pengalaman kepada sahabat-sahabat muda yang dibentuk oleh Plan Indonesia menjadi kader jurnalis muda.

Seperti orang belajar naik sepeda, menulis dan memotret memang harus terus menerus dilatih agar semakin tajam insting penulis untuk menjadikan sesuatu itu berita”, ungkap Yahya Ado, Program Unit Manajer Plan Indonesia Unit Nagekeo. Menurut Yahya, pelatihan yang dimotori Plan ini bertujuan untuk meningkatkan bakat dan keterampilan siswa-siswi dalam hal menulis berita dan fotografi, sehingga nantinya peserta dapat menghasilkan tulisan dan foto yang dikirim ke media internal Plan. 
  
Hari pertama pertemuan, para peserta dibekali sejumlah teori-teori dasar menulis berita dari Kak Diana,wartawan Harian Umum Pos Kupang dan Kak Wim Derosary, wartawan Harian Umum Flores Pos. 
Seluruh peserta dibimbing bagaimana melakukan peliputan, teknik wawancara dan menulis berita, baik straight news maupun features. Selain itu, diperkenalkan juga sejumlah alternativ media yang bisa digunakan untuk mengirimkan tulisan.

 Sesi terakhir dari pertemuan pertama adalah tugas saya membagi pengetahuan dasar seputar fotografi. Berhubung kamera digital pocket yang disiapkan hanya empat buah, kami sepakat membentuk empat kelompok, sehingga masing-masing lima anak kebagian satu kamera. Keterbatasan kamera ternyata tidak menyurutkan semangat para  jurnalis muda ini. Terbukti, sebagian peserta lain mengeluarkan senjatanya berupa ponsel kamera. Pelajaran pertama adalah mengenal fungsi-fungsi dari modus kamera. Mulai dari fungsi mode sport,macro,portrait,landscape dan nightshoot. Sejumlah pertanyaan mulai bermunculan perihal apa itu shuterspeed,aperture dan ISO. Agar foto memiliki korelasi dengan tulisan, peserta dibimbing mengenal jenis-jenis foto jurnalis, mulai dari foto hard news, foto feature,foto portrait dan foto esai. Diskusi semakin serius ketika peserta mulai diajak belajar memotret dan mengenal komposisi sehingga foto memiliki nilai berita. Disini strategi 5W (what,when,where,who,why) diperkenalkan. Pertanyaan “Why should I care? dilontarkan sekedar mengajak peserta lebih jauh menjiwai dan memiliki empati, nurani dan etika.

  Hari pertama ternyata memiliki kesan tersendiri bagi peserta. Leni Igo, salah satu peserta dari SMA Baleriwu mengaku banyak manfaat setelah mengenal beberapa modus kamera. “ Selama ini saya asal jepret saja, setelah tahu fungsi mode macro saya ingin belajar motret bunga”, ungkap Leni. Bahkan, peserta yang memiliki cita-cita menjadi seorang jurnalis ini, mulai berani dengan mode macro mengabadikan lalat yang hinggap di ikan ketika meliput berita mengenai kebersihan lingkungan pasar kota Mbay.
 
  Memasuki hari kedua,para peserta mulai diberikan waktu untuk hunting. Kebanyakan peserta memilih spot dikawasan pasar. Thema yang diangkatpun bervariasi, ada yang memilih profil pedagang sayur, kebersihan lingkungan sampai profil masing-masing orang tua. Perjuangan orang muda ini patut disalut, walaupun tugas ini adalah pengalaman pertama, mereka berani percaya diri melakukan wawancara dan memotret dikeramaian. Bahkan, Deni, peserta dari desa Munde sempat dicurigai sebagai anggota geng. Tak mau ambil resiko, peserta yang paling mungil inipun mengambil langkah seribu.
” Saya sedang wawancara ibu penjual sayur, tiba-tiba ibu itu bisik-bisik dengan penjual lain,mereka bilang saya anggota geng,saya langsung lari”, cerita Deni.
 Sabtu, ( 17/11/2012) adalah hari terakhir pelatihan. Tulisan dan foto-foto para peserta dikumpulkan. Adapun inisiatif dari Plan untuk melakukan seleksi dan memilih berita dan foto terbaik dari masing-masing peserta. Setelah berdiskusi bersama ka Diana dan sejumlah personil Plan akhirnya kami sepakat memilih tiga orang jurnalis muda sebagai peserta terbaik. Masing- masing adalah Stanislaus Rasa  
( SMK Aesesa Selatan ), Nafsiah (MAN Marapokot ) dan Leni Igo ( SMA Baleriwu). Disini penilaian lebih disasarankan pada korelasi antara berita dan foto. Selain itu juga, komposisi dan nilai berita foto menjadi penilaian khusus. 
Selamat dan sukses buat Jurnalis Muda Nagekeo. Ayo,pantang mundur untuk meraih mimpi !!!
 

( By.Yanto Mana Tappi)