Senin, 07 November 2011

Sesaat Sebelum Hujan Menghampiriku...

Kesibukan benar-benar membuatku jenuh. Kesibukan juga membuatku sering kehilangan moment ‘cantik’. Namun semua itu berkah. Ku terima dengan hati yang gembira. Toh, dapat menatap keindahan alam ini dengan mata saja sudah teramat sangat menghiburku. Memberikanku tenaga extra untuk selalu giat bekerja.

Senja nanti pasti datar. Begitu pikirku pada awalnya. Langit tidak terlalu berwarna. Plus teman huntingku, Didimoezh, masih lembur di kantornya. Tak ada niat untuk hunting atau trekking sebenarnya, walau sore ini ku dapat sedikit waktu untuk beristirahat. Karena malam ku harus latihan nyanyi sama teman-teman vocal groupku.

Waktu menujukan pukul 5 sore. Entah mengapa,mungkin karena lagi ada feel, ku putuskan untuk sedikit berjalan-jalan sore. Putar-putar kota mbay. Mendekati perkotaan aku di hadapkan pada 2 pilihan. Jalan-jalan ke bendungan Sutami, ataukah ke bukit di daerah Penginanga. Aku kemudian memlih ke bukit saja. Sudah lama tidak ke sana juga. Siapa tahu malah dapat moment bagus.

Kalau mendapatkan moment landscape adalah suatu keberuntungan (kata para fotografer handal dalam beberapa majalah fotografi), maka saya mungkin cukup beruntung sore ini karena awan dalam cuaca mendung mendadak menjadi ‘manis’ untuk diabadikan. Aku berhenti di suatu tempat yang selama ini tidak menarik perhatianku. Tempat yang biasa di mataku dan di mata lensa KITku. Namun dengan pinjaman lensa Fish Eye dari mas Baktiar Sontani, aku berimajinasi dan melihat tempat ini punya ‘sesuatu’ yang indah. Imajinasi itu kemudian menuntunku ke sini. Bukit penambangan pasir. Tepat di pinggir jalan utama Aegela-Mbay.

Di sana mendung, disini belum tentu. Opiniku. Mulailah ku siapkan kamera kesayanganku untuk memotret. Langit gelap di kejauhan. Tampak ‘gambar’ hujan yang turun ke bumi yang semakin jelas dan pekat. Membentuk sebuah pemandangan yang memikat. Setelah beberapa jepretan, terasa titik-titik air hujan mulai membasahiku. Pemandangan yang indah (menurut aku)membuatku nekad untuk sedikit lebih lama bertahan pada keadaan ini. Berpindah-pindah di sekeliling tempat penambangan pasir ini, mencari sudut-sudut yang indah. 1 menit tepat setelah shutter terakhirku di bukit itu, hujan deras menghampiriku. Jadi kalang-kabut, kabur meyelamatkan perlengkapanku. Kamera terpaksa segera kusembunyikan di dalam jaket. Tak ada waktu lagi untuk memasukannya ke dalam tas kameraku. Hujan sudah terlajur deras masalahnya. Kebetulan ada sebuh kios kecil di persimpangan jalan Mbay-Aeramo. Aku memilih untuk berteduh demi keselamatan peralatanku. Masih ada 1 jepretan lagi di tempatku berteduh. ‘Gambaran’ persimpangan jalan ke Mbay dan ke Aeramo dalam guyuran hujan. Motorku jadi model dadakan...hehehehehe... Ngobrol sebentar dengan pemilik tempatku berteduh menjadi opsi menanti hujan redah, sebelum aku kembali ke pondokku.

Thanks a lot buat mas Baktiar Sontani atas pinjaman lensanya. Dari pada nganggur kan mas lensanya...hehehehehe...

Ku sajikan foto-fotoku sore ini dalam sedikit cerita...

Foto di tempat penambangan pasir daerah Penginanga...

Foto yang kubuat... Sebelum hujan menghampiriku.


----Mbay, 6 November 2011

Selasa, 01 November 2011

Eksotika Pantai Selatan Nagekeo

Eksotika pantai selatan

Kecamatan Mauponggo terletak di wilayah pantai selatan dari Kabupaten Nagekeo. Topografi dengan perbukitan yang menjulang tinggi adalah sebuah daya tarik tersendiri. Tak hanya itu, garis pantai yang membujur sepanjang Mauponggo menjadi primadona bagi masyarakatnya. Selain sebagai tempat pencari nafkah bagi kaum nelayan, pantai Mauponggo merupakan salah satu destinasi wisata Kabupaten Nagekeo.






Sebenarnya , bukan niat awal saya untuk “backpacker” dikawasan pantai Mauponggo.Namun, setelah memenuhi undangan Romo Rus di Wolosambi dan menyerahkan sejumlah dokumen hasil liputan, naluri jurnalis saya kembali muncul, siapa tahu ada sesuatu yang bisa diobservasi.  Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari Wolosambi, saya sudah memasuki Mauponggo. Perut yang mulai keroncong memaksa saya dan seorang sahabat jurnalis saya,Mr. Rowand ,dari salah satu media India, mencari sebuah warung di area pasar.Rupanya, bahasa tubuh sahabat saya lebih tertarik dengan para penjual ikan. Akhirnya kami putuskan membeli seekor ikan segar sebagai menu siang kami. Sempat kaget ketika penjual mengatakan limabelas ribu rupiah untuk ikan seberat 2 kilo yang kami tawar. Cukup murah jika saya membandingkan harga ikan di Mauponggo dengan Mbay-Ibukota Nagekeo.
Sengaja kami memilih sebuah kawasan pantai untuk menjalankan aksi "barbque." Dipantai inilah, mata kami seakan tidak berkedip menatap pecahan ombak di antara bebatuan. Pantai Ena, adalah salah satu lokasi wisata yang mulai digalakan oleh pemerintah Nagekeo.Pasir putihnya yang bersih membuat kami ingin berlama-lama disitu.

Kawasan pantai selatan Mauponggo lebih didominasi oleh bebatuan. Sedikit kearah barat kita akan sampai di Maukeli, sebuah desa kecil yang sangat asri dengan persawahannya. Pantai ditempat ini hampir seluruhnya di dominasi batu –batu karang. Sedikit lagi ke arah barat, terdapat sebuah kawasan air terjun dengan suasananya yang sangat sejuk. Sungguh sebuah perpaduan alam yang sangat sayang untuk dilewatkan. Apalagi, sepanjang jalan terdapat aliran-aliran kali kecil yang begitu menggoda untuk di sentuh.

 Ombak pantai selatan bisa dibilang sedikir “ganas” dibandingkan ombak pantai utara. Cukup sulit bagi saya mencari spot gambar di antara batu-batu karang. Belum lagi cahaya disiang terik yang mengharuskan saya mencari sebuah komposisi yang seimbang. Untungnya, sedikit tertolong dengan filter ND8 dan CPL yang jarang terpakai. Walaupun terasa sedikit memaksakan dengan kondisi peralatan kamera yang belum sempurna, sudah cukup bagi saya mengabadikan sejumlah objek di kawasan pantai selatan Mauponggo.

Referensi bagi anda yang ingin mengunjungi Pantai Mauponggo :

  • Logsitik bisa disiapkan ala kadarnya,karena ikan segar yang murah meriah  dipasar Mauponggo bisa dijadikan lauk istimewa.
  • Tidak membutuhkan banyak biaya transportasi jika anda berkunjung dari Bajawa atau Mbay. Sekedar referensi : saya berangkat dari Mbay menggunakan motor 2 tak 135 cc, dengan mengisi bensin Rp.30.000 (PP). Oli pelumas 2T 1 kaleng(untuk PP hanya menghabiskan setengah tanki oli). Kecepatan rata-rata 80km/jam dengan lama temupuh kurang dari 2 jam.
  • Kondisi jalan hotmix,sebagian masih dalam perbaikan.
  • Biaya trasnpot kendaraan umum dari Mbay-ibukota Nagekeo Rp.35.000 – Rp.40.000
  • Terdapat sejumlah pondok tempat berteduh di kawasan pantai Ena.
  • Ada sekitar tiga buah warung kecil di kawasan pasar yang dibuka sejak jam 8 pagi sampai jam 5 sore. 
 
  Bersama Mr.Rowand