Senin, 02 Maret 2015

Ada yang baru di SDN Nipado



Mai sai ine weta ana raki

Nuji nama pata kita sama-sama

molo sala kita lele sama

O...mai sai ine weta ana raki

Syair lagu rakyat Nagekeo diatas berkumandang dari mulut puluhan bocah Sekolah Dasar. Menembus celah dinding bambu disalah satu ruang kelas SDN Nipado di Kabupaten Nagekeo,Nusa Tenggara Timur, (Sabtu 28/2/15). Penuh semangat mereka bernyanyi. Sambil bergandeng tangan, kaki dihentak, mereka tak peduli peluh diwajah. Semua yang hadir larut dalam sukacita.


Beginilah suasana sambutan di SDN Nipado ketika para relawan yang tergabung dalam Shoes For Flores  menyambangi mereka dengan sejumlah bantuan. Dede Prabowo, donatur dari Yayasan Alam Aksara hadir dengan membawa bantuan sepatu, tas dan seragam sekolah. Ada pula buku dan alat tulis yang disumbang para relawan lokal yang dikoordinasi Nagekeo Photographer Club (NPC) serta Moffers Photography.



Ada 81 anak yang mengenyam pendidikan disekolah ini. Semuanya adalah anak dari kaum Transmigrasi Lokal dengan profesi sebagai petani dan buruh harian. Keterbatasan ekonomi membuat banyak anak yang belum memiliki tas, sepatu dan seragam sekolah yang layak. Sejak dibangun pada tahun 2011, SDN Nipado telah memiliki empat kelas dengan didukung dua orang guru PNS serta lima orang guru honor. Dukungan pemerintah melalui dana BOS maupun iuran komite belum bisa mengatasi keterbatasan para siswa. 



Paduan suara siswa SDN Nipado menyanyikan "Mai sai ine weta ana raki"

Dede Prabowo, donatur Alam Aksara sedang memberikan motivasi disesi kelas inspirasi. Cukup bingung ketika ada siswa yang bertanya, Siapa Bupati Jepang?

Seorang nenek menemani cucunya menerima sepatu dari para relawan Shoes For Flores

Valentino Luis, relawan Moffers Photography memberikan motivasi bagaimana menjadi seorang penulis traveling. Disini muncul cita-cita menjadi photographer dari salah satu siswa.

Arie Bheja, relawan dari Radio Suara Nagekeo memberikan sepatu dan kaos kaki kepada salah satu siswa kelas II SDN Nipado

Tribuana Wetangterah, Ketua Moffers Photography memberikan kenang-kenangan berupa tas kepada salah satu guru honor  SDN Nipado.

Kecerian anak-anak kelas 1 ketika menerima seperangkat alat tulis.

Cita-cita anak SDN Nipado dicatat pada halaman depan buku baru mereka. Tim Shoes For Flores menganjurkan agar catatan cita-cita itu disimpan dan diingat selalu.

Anak-anak mengucapkan terimakasih kepada Dede Prabowo, Yayasan Alam Aksara, sesaat sebelum meninggalkan SDN Nipado.

Pose bersama para guru SDN Nipado dan tim Shoes For Flores didepan kelas SDN Nipado usai kegiatan penyerahan bantuan.

Senin, 23 Juni 2014

Selamat Datang Pembangunan



Perihal abrasi pernah di tulis oleh teman saya Selvianto Manatappi beberapa waktu lalu di blog NPC (Nagekeo Photographer Club) ini. Sepenggal tulisannya kira-kira demikian, “…..Abrasi ibarat virus yang sedang menjalar dalam tubuh. Pada stadium tertentu barulah sang penderita dapat didiagnosa dan diusahakan penyembuhannya. Sekiranya abrasi seperti inilah yang saya lihat disalah satu desa disudut kota Mbay. Terletak dikawasan utara Kabupaten Nagekeo, desa ini bisa diibaratkan sedang sekarat diserang virus abrasi. Entah dimulai oleh siapa dan sejak kapan, perlahan lahan air laut semakin mencaplok sebagian pemukiman. Tidak hanya itu, hutan bakau turut musnah, yang tertinggal hanya cabang dan ranting mati. Beberapa pohon terlihat habis ditebang orang. Disudut lain, bakau mati tanpak sebagai penjala sampah. Realitas ini hidup berdampingan dengan para penduduk desa .Puluhan rumah yang berjejer disepanjang pantai berdiri sombong, seakan siap menantang arus ombak pantai utara. Bisa jadi suatu saat para penghuninya terbawa arus saking terlenanya dengan kemewahan yang diberikan laut. Semoga tidak ada yang saling membenarkan jika suatu saat semua yang disini hanya batu nisan. Logikanya,kebenaran bisa dimulai dari sekarang”….

Hari sabtu subuh tanggal 21 Juni 2014 kemarin, pukul 4.30 AM, saya bersama Frater Cecs Djo hunting foto Landscape dan Human Interest di Pantai Marapokot. Kami memang sudah lama merencanakan kegiatan hunting bersama di pantai-pantai seputaran Kota Mbay hanya saja baru bisa terealisasi pada hari sabtu subuh kemarin itu. Rupanya pada hari itu pasang sedang tinggi, sehingga kami tidak bisa hunting sunrise di spot andalan saya di Pantai Marapokot. Setelah berkeliling dan tidak menemukan spot yang cukup baik, maka kami berdua memutuskan untuk hunting di Pantai Nangadhero saja. Langit masih cukup gelap, jadi masih ada waktu untuk ke sana sebelum sunrise.
 Sesampainya kami di Pantai Nangadhero saya terperangah dengan perubahan keadaan pantai yang cukup besar di bandingkan bulan April lalu saat saya dengan teman Selvianto Manatappi hunting di sini.
Anto, panggilan akrab untuk teman Selvianto Manatappi juga menulis, “…Syukurnya, pemda tak tinggal diam. Puluhuan meter bronjong mulai dibangun pada sepanjang pantai. Bronjong ini diklaim sebagai pemecah ombak yang dapat mengatasi abrasi…”.

Ternyata pemerintah lebih sigap dari apa yang saya bayangkan. Saat itu yang ada memang hanya beberapa bronjong saja, tetapi sekarang, pemecah ombak dan tanggul penahan ombak sudah dibangun rapi dan gagah, melindungi pemukiman penduduk di sekitar Pantai Nangadhero. Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo lewat Dinas Teknis terkait benar-benar serius memperhatikan kebutuhan dari masyarakat Nagekeo. Hal yang sangat membanggakan dan mengembirakan tentunya. Pemimpin baru bagi Kabupaten Nagekeo ini benar-benar serius dan bergerak cepat dalam menangani pembangunan yang berdampak baik bagi masyarakat Nagekeo. Tinggal bagaimana kita sendiri sebagai masyarakat Nagekeo memberikan apresiasi dan dukungan yang positif terhadap pemimpin kita dalam usahanya membangun Nagekeo tercinta ini. Berpikir positif dan membangun bersama.


Di akhir tulisannya Anto menulis, “…..bagaimana dengan nasib ekositim lain seperti bakau yang telah tergerus lahan pemukiman? Apakah ekositim ini harus menjadi pahlawan penyambung hidup penduduknya? Tidak perlu menunggu kapan, kita bisa mulai dari sekarang. Tidak perlu menunggu siapa dan berapa, cukup dari ide kita sudah mulai. Kalau bukan kita siapa lagi...”. Hal yang menjadi PR besar buat kita semua. Bahwa keseimbangan ekosistem tetaplah menjadi hal yang paling penting dalam proses pembangunan daerah. Kembali menanan bakau, hindari menebang bakau dan jangan berburu satwa-satwa indah seperti burung bangau adalah beberapa hal penting yang menjadi PR besar buat kita semua. Sehingga Kabupaten Nagekeo akan berkembang menjadi kabuten yang maju dan indah. 
Terima kasih banyak kepada Frater Cesc yang sudah hunting sama-sama di pagi yang mendung dan berawan kemarin. Walau mendung tetapi foto tetap jalan hehehehehe… karena selalu ada yang indah dalam situasi apapun. Dan perkembangan pembangunan di Pantai Nangadhero adalah salah satu keindahan di pagi itu. Terima kasih banyak kepada Pemerintah Daerah Nagekeo. Keindahan baru mulai di bangun. Selamat Datang Pembangunan. Bravo Nagekeo!!!

Foto&Teks by. Eddy Due Woi